Minggu, 07 Agustus 2011

14 Jenis Kadal & Bunglon Dengan Warna Tercantik..

  • 1 Cuban Iguana

Cuban Iguana, hewan herbivora yang bisa tumbuh hingga 1.5 meter, diukur dari kepala hingga ujung ekor dan mempunyai berat hingga 9 kilo. Iguana terbesar bisa mencapai panjang 2 meter.


  • 2  Kadal Dracaena


Nama lainnya adalah kadal Caiman, biasa ditemukan di Amerika Selatan. Kadal ini menghabiskan waktunya di air seperti di sungai atau genangan air di hutan. Kadal ini sering berjemur di dahan pohon yang menggantung di atas air.

  • 3. Sandveld Ekor Biru

Kadal ini ditemukan di Mozambique, Zimbabwe, Afrika Selatana dan Amerika Timur.  Nama ilmiah kadal ini adalah Nucras caesicaudata. Kadal ini bisa dikenali dengan mudah lewat ekornya yang berwarna biru cerah. Kadal ini hidup di daerah yang kering, berpasir & juga di padang rumput.

  • 4. Veiled Chameleon


Veiled Chameleon, Chamaeleo calyptratus, bunglon yang besar & spesies bunglon yang memiliki warna indah. Karena ditemukan di Yaman, Saudi Arabia maka bunglon ini sering disebut juga dengan bunglon Yaman. Bunglon berganti warna kulit sesuai dengan ‘mood’nya. Pola warna yang ditampilkan bunglon ini tergantung beberapa factor termasuk kesehatan, suasana hati, juga suhu tubuh bunglon.

  • 5. Panther Chameleon


Spesies Bunglon cantik yang dikenal dengan nama Furcifer pardalis ini hidup di kepulauan Madagascar, Reunion & Mauritus. Buinglon yang betina jauh lebih kecil dari yang jantan, kira kira setengahnya. Female are much smaller than male, about half the size. Male Panther Chameleons can grow up to 20 inches (50 cm) in length, with a typical length of around 17 inches (45 cm).

  • 6. Agama Batu Peninsular


Psammophilus dorsalis, reptil dengan warna yang berbeda ini adalahtermasuk spesies Agama Agama. Reptil berwarna merah terang sangat jarang ada. Biasanya kadal ini ditemukan di bukit berbatu di India Selatan. Dikenal juga dengan Agama Batu India Selatan.
  • 7. Agama Batu Kepala Merah

Kadal Agama Agama adalah spesies kadal yang biasa ditemukan di daerah Sub-Sahara, Afrika. Nama lainnya adalah Kadal Agama Pelangi. Biasa terlihat saat siang hari yang terik. Saat musim kawin, kadal agama jantan memiliki tanda warna yang menakjubkan. Bagian kepala, leher & ekor berubah menjadi berwarna jingga dan tubuhnya berwarna biru tua.

  • 8. Kadal Taman Oriental

Kadal yang berwarna unik ini biasa ditemukan di Asia dan bernama ilmiah Calotes versicolor. Spesies ini juga dikenal di beberapa bagian dunia. Kadal jantan memiliki tenggorokan berwarna merah cerah saat masa kawin yang membuatnya dinamakan kadal Bloodsucker (Penghisap Darah). Penamaan yang kurang tepat karena sebenarnya kadal ini hanya memakan serangga.
  • 9. Iguana Tanah Galapagos

Iguana Tanah Galapagos atau Conolophus subcristatus memiliki warna kuning cerah yang sangat jarang terdapat pada reptile lain. Sesuai namanya, iguana ini berasal dari kepulauan Galapagos.
  • 10. Bunglon Parson


Bunglon ini berasal dari Madagascar. Bunglon bernama latin Calumma parsonii ini berukuran besar & salah satu spesies bunglon yang mempunyai warna yang bagus.

  • 11. Bunglon Cebol Transvaal


Bunglon unik bernama ilmiah Bradypodion transvaalense ini adalah ‘penduduk’ asli Afrika Selatan.

  • 12. Furcifer minor


Walaupun penampilannya sedikit ‘menyeramkan’, Furcifer minor, spesies bunglon yang asalnya dari Madagascar ini terancam punah karena habitatnya perlahan mulai menghilang.
  • 13. Kadal Hutan Indo-Cina


Termasuk jenis kadal Agamid yang berasal dari Asia Selatan. Kadal cantik dengan bibir berwarna kekuningan ini dikenal juga dengan nama Blue-Crested Lizard.
  • 14. Gold Dust Day Gecko (Phelsuma laticauda laticauda)


Gold Dust Day Gecko berasal dari Madagascar dan Comoros. Hewan ini memakan serangga dan nektar dari tumbuhan. Kadal ini berukuran kecil, tumbuh hanya menccapai ukuran 9 inci. Berwarna hijau terang atau hijau kekuningan atau bahkan berwarna biru, leher dan punggung atasnya berbercak kuning. Kelopak mata bagian atas, kaki & jari jarinya berwarna biru.

varanus

ang ini Namanya  (V.macraei)
Image

Image

Image

Kalo Ini  (V.Bohmei)

Image

Image

Yang ini  (V.Melinus)

Image

Image

Nah kalo yg ini (V.Gouldi)

Image

Image

Varanus jobiensis (indicus complex) aka Peach Throat Monitor

Varanus jobiensis (indicus complex)
aka Peach Throat Monitor

Image




  • Peach throat monitor banyak ditemukan di pulau New Guinea (Papua). Biawak Peach throat ini masih bersaudara dengan biawak ekor biru atau blue tail monitor dan biawak rawa atau mangrove monitor. Tiap jenis dari ketiga biawak ini mendiami habitat yang berbeda beda di New Guinea. Biawak peach throat lebih menyukai hutan hutan yang rimbun atau padat pepohonannya dan biawak Peach throat adalah pemanjat yang sangat mahir.


  • Biawak peach throat yang masih liar biasanya memangsa katak, kadal, serangga besar dan semua jenis hewan kecil yang bisa mereka kalahkan. Dalam penangkaran, dengan pemberian makan yang tepat, biawak peach throat akan tumbuh dengan cepat dan biawak Peach throat dewasa bisa mencapai panjang total sekitar 3-4 feet atau 90 – 120 cm. Dan dengan pemeliharaan yang baik dan tepat, biawak peach throat bisa hidup hingga 10-15 tahun di penangkaran. Seperti kebanyakan jenis biawak, biawak peach throats adalah reptile yang mudah nervous dan kemungkinan akan butuh waktu untuk menjinakkannya. Idealnya, di dalam kandang harus disediakan tempat bersembunyi yang jumlahnya lebih dari satu untuk memberikan rasa aman pada biawak peach throat.


  • Biawak peach throat harus selalu berada di suhu atau temperature di antara 29 hingga 32 derajat celcius dengan tempat berjemur yang bersuhu 35 derajat celcius. Di malam hari, suhunya bisa diturunkan hingga 23 derajat celcius. Nyalakan lampu selama 12 jam dalam sehari. Kelemababn harus dijaga antar 70% hingga 90%. Lampu UVB bukan satu keharusan buat biawak peach monitor, tapi dianjurkan untuk menyediakannya. Lampu UVB membantu reptile untuk memetabolisme kalsium dengan cara mencipatakan vitamin D3. Tapi karena makanan biawak peach monitor terdiri dari binatang pengerat & mangsa hidup lainnya, biawak ini bisa mendapatkan cukup vitamin D3 & kalsium dari makanannya. Tulang dari mangsanya akan mencukupi kebutuhan kalsium, sedangkan bagian hati akan menyediakan Vitamin D3. Jika memang harus memakai lampu UVB, akan sangat penting utuk menggantinya tiap 6 hingga 8 bulan sekali. Karena setelah jangka waktu ini, lampu akan berhenti memproduksi UVB yang dibutuhkan.


  • Bayi biawak peach throat bisa dipelihara di aquarium atau kandang berukuran 29 galon tapi bayi biawak akan cepat sekali tumbuh dan dengan segera akan butuh kandang yang lebih besar. Biawak peach throat dewasa harus ditempatkan di kandang yang paling tidak ukurannya 6’ x 2’ x 4’. Untuk beddingnya, dianjurkan memakai bark atau coconut bark, keduanya bisa menahan kelembaban yang dibutuhkan biawak & mirip dengan lingkungan alam tempat asal biawak peach throat.


  • Biawak Peach throat adalah reptil pemburu yang oportunis. Mereka makan hampir apa saja. Tapi makanan idealnya adalah tikus/mencit, ikan, jangkrik, ulat jerman, hati sapi/ayam & telur rebus. Makanan makanan biawak di atas bisa diberikan secara bergantian seminggu 5 kali dan ini akan menjamin pertumbuhan & kesehatannya. Janga lupa juga untuk menambahkan kalsium dan suplemen vitamindi dalam makanan biawak peach throat yang tidak memiliki tulang sebagai sumber kalsiumnya. Kalo biawak peach throat dikasih makan tikus/mencit atau ikan, suplemen tidak perlu lagi diberikan.

Varanus macraei ( prasinus complex) aka blue-spotted tree monitor

Varanus macraei (prasinus complex)
aka Blue-spotted Tree Monitor

Image




  • Biawak Blue-spotted (Varanus macraei) adalah jenis biawak yang memiliki ekor yang panjangnya hampir 2/3 dari total panjang tubuhnya. Tubuh blue-spotted monitor panjang, langsing & melebar, dan memiliki 5 buah jari kurus yang berkuku panjuang. Dikarenakan dimensi tubuh blue-spotted yang seperti itu, lehernya jadi terlihat lebih panjang di bandingkan spesies lainnya, tapi sebenarnya panjang leher biawak blue spotted tidak lebih panjang dari ukuran panjang tengkoraknya.


  • Sisik nuchalnya, yang terdapat pada bagian leher biawak blue spotted, bertekstur halus, sedangkan sisik caudalnya berderet dan berbentuk cincin cincin yang terpisah. Tubuhnya tampak gepeng di bagian punggung dan berwarna kehitaman atau abu abu yang sangat gelap dan ditandai dengan bintik bintik berbentuk mata berwarna biru kehijauan. Terdapat pola gelang gelang berwarna biru keabu abuan di sepanjang ekor biawak blue spotted ini. Perutnya berwarna keabua abuan hingga biru pucat dengan bintik bintik abu abu tua. Lidah biawak ini berwarna merah muda pucat.


  • Biawak blue-spotted jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari pada biawak blue-spotted betina, dan mereka bisa dibedakan dari adanya tonjolan hemipenal yang berada di dekat kloaka. Biawak blue spotted ini bisa mencapai panjang total sekitar 3,5 kaki untuk yang jantan sedangkan untuk ukuran yang betina, akan lebih pendek sekitar 4 inci dari ukuran rata rata jantan. Ini membuktikan bahwa V.macraei adalah spesies yang terbesar dari V. prasinuscomplex, sebuah grup yang sangat mirip, spesies yang masih berhubungan yang lebih dekat satu sama lain bahkan jika dibandingkan dengan anggota lain dari genus yang sama. Blue-spotted monitor juga merupakan biawak yang pendistribusiannya paling kecil dari banyaknya jenis biawak. Biawak ini hanya terdapat di Pulau Batanta, barat laut Vogelkop Peninsula, Irian Jaya, Papua Nugini.


  • Disebut juga dengan blue tree monitor atau biawak poon biru, Varanus macraei adalah spesies yag aktif di siang hari yang sepertinya lebih banyak menghabiskan waktunya di pepohonan. Cakarnya yang tajam membuat biawak ini memiliki pegangan yang aman dan bisa mencengkeram hampir tiap permukaan yang kasar, dan mereka bisa memanjat dengan mudah tanpa kesulitan. Selagi berpidah pindah di antara cabang cabang pohon, biawak ini menggunakan ekornya sebagai alat untuk mencengkeram dahan, hampir mirip dengan cara bunglon menggunakan ekornya. Tapi tidak seperti bunglon, biawak biru ini bisa menggulung ekornya pada bidang horizontal di badannya & dengan cepat menguraikan ekornya untuk digunakan sebagai alat pertahanan.Spesies pemalu ini menghindari predator predator dengan meloncat dari satu pohon ke pohon lainnya & berlindung di batang pohon seperti tupai.


  • Habitat alamai biawak blue-spotted berada di hutan tropis dimana fluktuasi suhu pada siang hari berada di antara 29 hingga 37 derajat celcius, dan mungkin turun 2 hingga 4 derajat saat sore hari. Untuk kelambabannya saat musim kering adalah mendekati 65 % sedangkan saat musim dingin bisa mencapai 100%.


  • Makanan alami biawak blue spotted ini tidak diketahui. Tapi jika sama dengan spesies biawak pohon lainnya Blue-spotted monitor akan memakan serangga, belalang, jangkrik, ngengat, kumbang,kadal kecil, telur burung dan kadang kadang buah berry. natural diet is unknown.

Varanus salvadorii (aka Crocodile Monitor)



Image


Diposkan oleh Wildboyz77

  • Crocodile Monitors (Varanus salvadorii) adalah hewan endemik kepulauan New Guinea dan sekitarnya. 
  • Crocodile Monitor dikenal sebagai predator teratas dan biasa ditemukan di hutan hujan. 
  • Crocodile Monitor adalah hewan diurnal dan juga arboreal. 
  • Crocodile monitors memiliki variasi warna & ukuran tergantung dari daerah asalnya. 
  • Crocodile Monitor dikatakan sebagai biawak terpanjang yang bisa mencapai panjang tubuh sekitar 3.5 meter. 
  • Biawak ini pernah diamati pertumbuhannya dan tercatat mereka akan tumbuh sekitar 2 inci per bulan selama tahun tahun pertama setelah mereka menetas.
  • Umur Crocodile Monitors diperkirakan sekitar 10 tahun hingga 15 tahun.
  • Biasanay yang menyebabkan kematian crocodile monitor adalah infeksi luka gigitan, benturan pada telur, bwengkak bernanah pada perut & mulut, lesi otak & hati dan penyakit lainnya.

 
  • Gusi Crocodile monitor gampang berdarah, walaupun tidak jelas itu dikarenakan oleh gigi baru, akibat menggigit mangsa atau karena reaksi dari rasa takut. 
  • Gigi crocodile monitor juga mungkin akan tertanam dalam gusinya, mengakibatkan infeksi & memerlukan perawatan.
  • Crocodile monitor menikmati berjemur yang kemungkinan menyebabkan katarak yang berujung pada kebutaan pada beberapa individu.

  • Kandang crocodile Monitor biasanya lebih tinggi daripada lebar, dan cukup panjang untuk memungkinkan pergerakan biawak ini. 
  • Crocodile monitor dewasa bisa ditempatkan dalam kandang berukuran 18 x 10 x 12 kaki atau lebih besar. Tentu saja yang masih kecil tidak perlu kandang sebesar itu. 
  • Aksesoris kandang perlu ditambahkan seperti cabang pohon, bebatuan atau aksesoris lain yang mendukung aktifitas Crocodile monitor ini. Tempat bersembunyi harus selalu disediakan di atas tanah di dalam kandang. 
  • Gunakan al;as kandang untuk crocodile Monitor dari tanah, serpihan kayu yang halus, kerikil, atau serabut kelapa yang intinyaalas kandang harus bisa mempertahankan kelembaban tanpa menciptakan lingkungan yang memugkinakna bakteri atau jamur untuk tumbuh, juga yang bisa menyediakan tempat mendarat yang ‘empuk’ karena Crocodile Monitor suka meloncat dari tempat yuang lebih tinggi di dalam kandang.

  • Crocodile monitor jangan dipelihara dalam satu kandang secara bersamaan, terutama yang berjenis kelamin sama. Jika berencana untuk menemptakna duia ekor Crocodile monitor dalam satu kandang, beri sekat kaca supaya Crocodile monitor terbiasa xdengan keberadaan ‘teman sekandangnya’. Mereka juga harus diawasi dengan dekat selama beberapa minggu setelah dijadikan satu untuk mengantisipasi adanya penolakan dari salah satu Crocodile monitor .

  • Crocodile monitor bisa dipelihara di dalam rumah atau di kandang terbuka di luar rumah di bawah sinar matahari alami, lampu UV atau lampu berjemur. 
  • Mereka menyukai suhu untuk berjemur sekitar 110 hingga 120 derajat Fahrenheit dengan suhu ambiens di kandang 90 derajat Fahrenheit di siang hari. Buatkan tempat yang lebih digin di dalam kandang untuk keperluan thermoregulasi Crocodile monitor. Turunkan suhu hingga 70 derajat Fahrenheit saat malam.

  • Di alam liar, crocodile monitor kebanyakan makan burung dan mamalia kecil dan kadang kadang ikan. Beri makan binatang pengerat karena bisa menyediakan sumber gizi yang baik untuk mereka. Berikan juga ayam, telur rebus & makanan khuisus untuk peliharaan karnivora. Ikan juga boleh sesekali diberikan. Hati hati saat member makan, jika perlu gunakan alat bantu untuk memberikan makanan pada crocodile monitor.

  • Crocodile Monitor bisa sangat berbahaya bagi yang memelihara dan harus ditangani dengan sangat hati hati. Jika tergigit akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang cukup dalam, yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Crocodile liar lebih mudah ‘nervous’ daripada yang dari penangkaran, walaupun keduanya sama sama tidak bisa ditebak. Tipikal crocodile monitor adalah tidak akan agresif selama tidak merasa terpojok atau ditangani dengan kasar, crocodile monitor dinilai sebagai hewanyang selalu awas dan lebih cerdas dibandingkan dengan jenis biawak lainnya.

  • Untuk membedakan crocodile monitor jantan atau betina bisa dilihat dari kepalanya. Bentuk kepala crocodile monitor jantan lebih besar, lebih tinggi dan lebih lebar daripada yang betina. Walaupun crocodile monitor jantan memiliki hemipenal bulges yang tidak terlalu menonjol, betinanya memiliki kelenjar aroma di tempat yang sama, yang bisa membingungkan saat disexing. Tonjolan Hemipenal tidak akan terlihat pada biawak yang kegemukan. Memeriksa tingkat testosterone darah terbukti sempurna untuk mengetahui jenis kelaminnya.Ccrocodile monitor jantan memiliki tingkat testosterone 10 kali dibandingkan betina.

  • Biasanya kopulasi atau perkawinan yang menghasilkan telur yang sehat adalah antara bulan Maret hingga Oktober. Jarak antara kopulasi dan masa bertelur adalah sekitar 4 hingga 6 minggu, dan akan menghasilakn 3 kumpulan telur tiap tahunnya. Telur akan dikuburkan di kotak yang tertanan di atas lantai kandang serta di bawah tanah. Biasanya untuk alas kotak telur adalah campuran pasir, tanah, lumut gambut & sphagnum moss. Crocodile monitor betina mungkin akan menjaga telur telurnya selanma beberapa hari. Masa inkubasinya sekitar 6 hingga 8 bulan.

  • Crocodile monitor yang baru menetas biasanya diberi makan jangkrik & pinkies walaupun biasanya mereka tidak mau makan hingga selam 2 minggu setelah menetas. Selalu sediakan air minum. Perhatikan benar benar saat member makan karena bisaanya bayi biawak ini sangat agresif saat diberi makan. Gunakan alas kandang yang aman & tidak akan tertelan seperti alas dari tikar alang alang.

Sabtu, 02 Juli 2011

Tips Menjinakkan Ular Wild Caught (Non Venomous)

  • Tips Menjinakkan Ular Wild Caught (Non Venomous)
Ular wild caught atau tangkapan liar biasanya cenderung bersifat lebih defensif karena secara alami dan naluriah mereka akan mempertahankan dirinya dari predator atau makhluk lain yang dianggap merupakan ancaman bagi mereka, termasuk manusia.
hookbuton

Akan tetapi tidak mustahil kita bisa menjinakkan ular wild caught tersebut apabila kita ingin memeliharanya. Apabila kita ingin agar ular tersebut menjadi jinak, sebaiknya ular yang akan dipelihara adalah bukan ular dewasa. Ular dewasa akan sangat sulit dijinakkan karena naluri defensif sudah sangat kuat tertanam di benaknya. Akan semakin mudah untuk menjinakkan ular yang lebih muda, karena mereka akan belajar bahwa kita sebagai pemeliharanya tidak akan menyakiti mereka, tapi justru merawat mereka dengan penuh kasih sayang.
Ular yang baru saja ditangkap dari alam biasanya stress dan membutuhkan waktu beberapa lama untuk adaptasi dengan kandang atau lingkungan barunya. Masa-masa stress ini biasanya ditandai dengan ular tidak mau makan. Sebaiknya ular yang baru ditangkap jangan langsung dijinakkan. Beri mereka waktu untuk beradaptasi dengan kandang/lingkungan barunya. Sediakan kandang yang nyaman serta cukup air untuk minum atau tempat berendam, sediakan juga hidding place apabila diperlukan. Sebisa mungkin jangan dipegang-pegang dulu kecuali diperlukan (contoh: membersihkan kandang dan penjemuran). Dan coba berikan mereka makanan secara berkala (contoh: 5-7hari sekali).
Apabila ular sudah beradaptasi dengan kandangnya dan tidak stress lagi (ditandai dengan ular sudah rutin makan), barulah kita bisa memulai proses penjinakan. Tidak perlu tergesa-gesa dalam proses penjinakan karena ular tersebut malah justru bisa menjadi stress kembali. Lakukan sedikit demi sedikit dan teratur secara berkala, ular-pun akan belajar sedikit demi sedikit bahwa kita tidak akan menyakitinya, dan pada akhirnya nanti dapat menjadi tenang dan jinak dengan sendirinya secara berangsur-angsur.
  • Demikian beberapa tips yang dapat dicoba dalam proses penjinakan:
1. Pada tahap pertama ini, jangan terlalu lama dan sering meng-handle ular anda, karena dapat menyebabkan ular anda stress kembali. Handle pada saat pembersihan kandang saja. Rendam ular anda di tempat khusus untuk merendam dengan diisi air yang tidak terlalu tinggi/dalam untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel di kulitnya. Sementara itu anda dapat membersihkan kandangnya dan mengganti alasnya dengan yang baru.
gloves2

2. Setelah kandang bersih, coba handle ular anda dengan menggunakan alat bantu berupa hook atau bisa juga dengan gloves/sarung tangan. Pilih sarung tangan yang tidak berbahan dari kain/benang wool karena dapat mengakibatkan gigi ular tersangkut pada kain atau rajutan benang wool misalnya ular wild caught anda menggigit. Sarung tangan berbahan kulit atau terpal akan lebih baik untuk digunakan.
3. Handle ular anda dengan mantap dan hati-hati. Ular yang masih sangat defensif akan diam saja dan hanya melilit tangan anda dengan kuat. Usahakan untuk membuat ular anda bergerak/berjalan dari satu tangan ke tangan anda yang lain. Jangan menyentuh dahulu bagian kepala dan leher ular karena itu dapat membuat mereka merasa terancam, dan kemudian memicu sifat defensifnya. Sebisa mungkin hindari/jauhkan kepala ular dari wajah anda. Lakukan sebentar saja, kira-kira 10-20menit, kemudian masukkan kembali ke kandangnya, dan beberapa hari kemudian berikan makan kepada ular anda seperti biasa.
Ulangi tahap 1 s/d 3 selama beberapa kali. Apabila ular anda tetap mau makan rutin, lanjutkan ke tahap berikutnya.
4. Tambahkan frekuensi handle ular anda menjadi 2 kali dalam seminggu. Anda dapat meng-handlenya 4 hari setelah ular makan dan pada saat pembersihan kandang. Tambahkan juga waktunya menjadi 20-30menit. Pada saat ini anda dapat mencoba menyentuh bagian leher dan mengusap2 kepalanya. Lakukan dengan perlahan agar ular tidak kaget dan sedikit demi sedikit mereka akan belajar bahwa anda tidak akan menyakitinya. Ulangi tahap ini selama beberapa kali.
gloves1

5. Apabila ular sudah terlihat lebih kalem (biasanya ditandai dengan sudah jarang/tidak pernah mencoba menggigit lagi dan gerakan ular yang lentur serta tidak terasa kaku ketika berjalan di tangan anda), silakan mencoba untuk meng-handle ular anda tanpa menggunakan alat bantu lagi. Handle dengan ekstra hati-hati, usahakan untuk tidak membuat gerakan secara tiba-tiba agar ular anda tidak kaget. Ulangi tahap ini selama beberapa kali.
6. Apabila setelah tanpa menggunakan alat bantu-pun ular anda sudah jarang/tidak lagi mencoba menyerang, akan tetapi biasanya akan terlihat masih mudah kaget apabila ada gerakan dari sekelilingnya, anda tinggal perlu untuk menambahkan frekuensi handling menjadi 3-4 kali dalam seminggu. Lakukan semua tahap dengan kesabaran dan ketelatenan, mudah-mudahan ular anda akan segera menjadi sahabat yang sangat menyenangkan bagi anda.
  • Catatan: Masing-masing ular mempunyai karakter yang berbeda-beda meskipun dari jenis yang sama. Ini akan mempengaruhi cepat-lambatnya proses penjinakan, tergantung bagaimana karakter ular tersebut.

Kamis, 09 Juni 2011

Ular Sanca Bodo (Python Molurus)

  • Ular sanca bodo atau Python molurus, termasuk salah satu jenis ular yang banyak dipelihara oleh pencinta binatang. Namun tidak sedikit yang menyadari bahwa ular sanca bodo yang biasa disebut juga sebagai Asiatic Rock Python termasuk salah satu binatang langka yang dilindungi undang-undang di Indonesia. Ular sanca bodo (Python molurus) dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999.
  • Ular sanca bodo terdiri atas dua anak jenis (subspesies) yaitu Python molurus molurus yang dijumpai di India, Bangladesh, Pakistan hingga Nepal dan Python molurus bivittatus yang hidup secara alami di Indochina termasuk Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sumbawa, dan Sulawesi).
Ular sanca bodo (Python molurus) disebut juga Burmese Python (gambar: gembiraloka.net)
Ular sanca bodo dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Asiatic Rock Python, Burmese Python, atau Tiger Python. Sedangkan dalam bahasa latin, ular yang banyak dijadikan peliharaan ini disebut Python molurus (Linnaeus, 1758) sebagai yang bersinonim dengan Coluber molurus (Linnaeus, 1758).
Ular sanca bodo termasuk ular besar lantaran mampu mencapai panjang 9 meter, meskipun rata-rata hanya mencapai 5 meter saja. Berat tubuh Burmese Python ini mampu mencapai 160 kg.
Ular sanca bodo (Python molurus) mempunyai warna dasar kulitnya coklat muda hingga coklat tua, ada pula yang kuning atau krem, dengan belang-belang hitam atau coklat tua. Corak belang pada sanca bodo berupa jaringan dengan mata jaring hampir berbentuk segi empat.
Ular sanca bodo secara alami mendiami hutan tropis basah. Ular ini senang berada ditempat yang tidak jauh dari air atau tempat lembab bahkan kadang di dekat pemukiman. Ular sanca bodo lebih suka berada di tanah dari pada bergulung di pohon, tetapi sesekall dia akan memanjat pohon untuk mendapatkan sinar matahari guna menaikkan suhu tubuhnya.
Meskipun hewan ini termasuk binatang nokturnal (beraktifitas di malam hari), namun sanca bodo juga senang berkeliaran disiang hari. Hewan yang banyak dijadikan peliharaan ini ini mematikan mangsanya dengan cara melilit tubuhnya. Makanan kesukaan sanca bodo antara lain tikus, luwak, kera, bajing juga hewan besar seperti babi hutan, rusa dan kijang. Selain itu mereka makan pula burung dan ayam hutan.
Seekor ular bodo betina sekali bertelur bisa mencapai 40 butir bahkan lebih. Telur-telur tersebut akan menetas setelah 60-80 hari. Panjang anak yang baru menetas tersebut  berkisar 60-70 cm.
Ular sanca bodo tersebar di India, Bangladesh, Pakistan hingga Nepal hingga ke Indonesia, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Di Indonesia, ular sanca bodo (Python molurus) dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sumbawa, hingga sebagian Sulawesi. Beberapa dekade terakhir, hewan melata raksasa ini juga dapat ditemukan di hutan di Florida Amerika Serikat akibat banyak para pemeliharanya yang melepaskan hewan ini begitu saja ke alam liar.
Ular sanca bodo meskipun mulai langka di Indonesia tetapi populasinya masih dianggap banyak sehingga IUCN Redlist masih melabelinya dalam status konservasi “Near Threatened” (Hampir Terancam).
Satu yang pasti, meskipun hewan melata ini banyak dipelihara sebagai hewan peliharaan namun banyak yang tidak mengetahui bahwa ular sanca bodo ini termasuk hewan yang dilindungi sebagaimana saudara dekatnya sanca timor (Python timorensis) lantaran semakin langka di alam liar.
Referensi: www.iucnredlist.org; gembiraloka.net (gambar)
  • Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Reptilia; Ordo: Squamata; Upaordo: Serpentes; Famili: Pythonidae; Genus: Python; Spesies: Python molurus; Subspesies: Python molurus molurus dan Python molurus
bivittatus
Nama Ilmiah (latin): Python molurus; Sinonim: Coluber molurus; Nama Indonesia: sanca bodo

♦♦♦All About Reticulated Python (Ular Sanca Kembang)♦♦♦ part 2

  • Tingkat Kesulitan!!!
Mahir – sebelumnya pemilik harus mempunyai pengalaman dengan ular yang lebih besar dan dapat menyesuaikan ataupun terbiasa (“nyaman”) dengan perawatan serta penanganannya. Tidak cocok sebagai ular untuk pemula. Sanca Kembang biasanya menyesuaikan dengan perlakuan pemilik mereka . Bila dipelihara oleh pemilik yang sudah mengerti mereka akan berprilaku baik dan ular sanca yang besar dan jinak.
Sedikit tambahan dari beberapa referensi, Sanca Kembang hasil tangkapan liar biasanya walaupun sudah jinak, kadang kala menjadi galak serta menyerang karena keget, ataupun kadang kala tanpa alasan yang jelas.
 


  • Kandang!!!
Kadang bisa sederhana ataupun rumit tergantung kemampuan menjaganya. Ingatlah bahwa semakin banyak barang yang ditaruh di kurungan, semikin banyak pula barang yang harus di bersihkan. Sangat banyak pilihan untuk pemilihan kandang untuk Sanca Kembang yang masih kecil, seperti kotak plastic tempat baju, rak melamin, dan kandang-kandang plastic reptile yang banyak di jual di pasaran. Akuarium dari kaca memadai untuk hewan yang lebih kecil. Perlu diingat bahwa penutup kandang kadang kala dapat menimbulkan kesulitan untuk mengatur tingkat kelembaban.
 
Sanca Kembang yang baru menetas sepertinya cocok di kandang yang kecil juga. Ular kecil di kandang yang besar bisa menjadi stress. Untuk ular yang besar, paling sedikit kandangnya harus mempunyai panajng setengah dari ular tersebut. Semakin panjang semakin baik. Dan juga pilihlah yang lebar karena Sanca Kembang perlu lantai yang lebar. Semua kandang harus memiliki tempat yang panas pada sebuah sudut, dan tempat yang lebih dingin di sudut yang berlawanan. Berapapun umur ular itu, Sanca Kembang sangat kuat maka harus ditaruh di kandang yang kuat dan pengunci yang kuat. Kandang yang baik (kuat dan nyaman untuk ular) sangat dibutuhkan, sehingga kandang ini harus menjadi bahan pertimbangan dalam memelihara ular raksasa.


  • Alas!!!
Hanya sedikit alas yang bekerja dengan baik. Koran adalah yang paling murah dan paling mudah untuk dibersihkan: buang yang lama dan ganti dengan yang baru. Cypress mulch bagus untuk mengendalikan kelembaban, tetapi ingatlah bahwa terlalu tinggi kelembaban dapat mengganggu kesehatan, begitu juga kalau terlalu rendah kelembaban. Jangan pernah menggunakan alas yang mengandung Cedar karena mematikan untuk reptil.


  • Suhu dan Pemanasan!!!
°C = (°F − 32) / 1,8
Sediakan ular Sanca Kembang anda dengan titik berjemur 88-92 F (31-33 C) dan suhu kandang 78-80 F (25.5-26.6 C)(suhu ini tidak boleh turun hingga lebih rendah dari 75 oF-24 C). Sangat penting untuk mengetahui suhu di kandang, dan janganlah menebak. Yang bagus adalah menggunakan termometer digital luar/dalam. Taruh thermometer di dalam kandang, dan ujung lainnya di luar kandang. Sehingga anda dapat mengetahui suhu di luar dan di dalam pada waktu yang sama.

Ada beberapa cara untuk menghangatkan kandang: alas pemanas dari bawah kandang, pemanas keramik, lampu “berjemur” (lampu ditempatkan di suatu sudut sisi untuk berjemur, baik lampu untuk siang maupun lampu malam). Bila menggunakan bohlam ataupun keramik haruslah memperhatikan kelembaban di dalam kandang, apalagi bila menggunakan kandang dengan tutup atas, karena pemanas maupun kandang dengan tutup atas keduanya membuat kelembaban hilang dengan sangat cepat. Gunakan thermostats, rheostats, dan atau timer untuk mengontrol sumber panas. Jangan menggunakan batu pemanas pada ular karena terlalu kecil untuk permukaannya dan dapat menyebabkan luka bakar yang serius.


  • Kelembaban!!!

Menyediakan kelembaban yang cocok untuk Sanca Kembang adalah sangat penting untuk menjamin lingkungan yang sehat dan membantu ketika proses ganti kulit, tetapi seperti dibilang sebelumnya, kelembaban yang terlalu tinggi pun dapat menjadi masalah sama seperti bila terlalu sedikit. Untuk membuat tingkat kelembaban 50% - 60%, kita memiliki beberapa pilihan.
1. Gunakan cypress mulch atau bahan yang sejenis yang dapat melembabkan. Cypress sangat bagus untuk digunakan, ciri-cirinya warnanya coklat terang saat kering dan menjadi gelap setelah basah, jadi kita tahu kapan kita perlu membasahinya lagi.
2. Buatlah box kelembaban untuk ular. Menggunakan container plastic dengan ukuran yang lebih kecil dari kandang dan muat saat ditaruh didalam kandang, yang diisi dengan sphagum moss (peras lah untuk mengetahui ukuran kelembaban), gunting container plastic pada bagian atas tutupnya atau bagian samping dari plastic container tersebut. Taruh di dalam kandang ular sehingga ular dapat masuk kedalamnya saat ular tersebut menginginkannya.

Harus diingat, bila kita memiliki kandang dengan tutup atas yang berlubang, buka dari atas, atau sejenisnya, ada baiknya kita menutupnya dengan plastic, handuk atau sesuatu yang dapat menahan kelembaban agar tidak hilang. Juga harus menjaga suhu karena udara yang hangat lebih dapat menahan kelembaban daripada udara yang dingin. Kita harus membuat kandang yang lembab, bukan basah. Kandang yang basah dapat menyebabkan infeksi baik karena bakteri maupun jamur, dan tentu saja akhirnya kepada kematian.


  • Pencahayaan!!!
Asupan (pemberian) cahaya tidak diperlukan pada jenis ini, tetapi bila digunakan haruslah 12/12 cycle, yang artinya 12 jam nyala dan 12 jam mati. Bila terus-menerus, bisa menyebabkan stress pada ular, apalagi jenis ini termasuk nocturnal (aktif pada malam hari).


  • Air!!!
Selalu ganti air dengan air yang bersih untuk ular Sanca Kembang anda, sebagaimana mereka memiliki kecendrungan untuk minum dengan sangat banyak. Ukuran dari tempat air minum adalah terserah anda. Bila cukup besar untuk berendam, maka cepat atau lambat si ular akan tampak senang untuk berendam dari waktu ke waktu. Pastikan bahwa tempat minum tidak terlalu dalam untuk hewan yang masih kecil. Banyak ular akan membuang kotorannya di tempat air minum, jadi siap-sedialah untuk membersihkannya, men-disinfektan dan mengganti air kapan saja dibutuhkan. Sering kali kita perlu menyediakan tempat minum cadangan, sehingga ada pengganti tempat minum ketika yang satu lagi dibersihkan


  • Pemberian Makan!!!
Beri makan ular anda dengan hewan pengerat yang ukurannya disesuaikan dengan ular tiap minggu. Bayi Sanca Kembang sebaiknya diberi mencit dewasa, atau tikus putih (rat) yang masih belum bisa berjalan (jalannya masih merayap). Saat ukuran mencapai 3 kaki (± 1 m) Sanca Kembang cukup besar untuk memakan tikus putih (rat) yang baru disapih. Setelah panjangnya 4 kaki (± 1.3 m) ular ini sudah sanggup untuk memakan tikus putih (rat) yang sudah dewasa. Jangan mengangkat ular anda paling tidak 1 hari setelah makan, karena dapat menyebabkan ular muntah. Sedikit tambahan dari yang translate, apa pun makanan ular kita yang kita berikan, ada baiknya memberikan makan ular dengan hewan yang sudah di matikan terlebih dahulu untuk menghindari ”kecelakaan” dimana makanan ular dapat melukai ular kita. Setelah mati baru kita goyang-goyangkan di depan muka ular kita. Dengan catatan ular kita tidak pilih-pilih makanan.

Kebanyakan Sanca Kembang mempunyai “feeding response” atau response makan (response saat diberi makan) yang kuat dan pada umumnya mudah untuk mengganti makanannya dengan hewan yang dibekukan/dicairkan atau hewan yang telah dimatikan. Jangan pernah meninggalkan hewan pengerat yang masih hidup tanpa diawasi bersama ular. Pemberian makan paling tidak 1 kali setiap 10 hari, terutama pada Sanca Kembang yang masih muda. Hal ini berguna untuk mengendalikan pertumbuhan ular, perlu diingat pemberian makan yang jarang membuat ular anda lapar dan membuatnya ”gelisah” mencari makan, sehingga response makannya lebih kuat selama berinteraksi dengan orang yang memegangnya. Sebaliknya pemberian makan yang terlalu sering sekitar 1 – 2 kali seminggu memicu pertumbuhan yang cepat, sehingga harus bijaksana untuk memikirkan seberapa besar ular kita kita harapkan pada jangka waktu tertentu.

Sanca Kembang adalah jenis ular yang sangat penting membangun kebiasaan makannya agar aman saat dipegang, dimana ular ini adalah pembelit yang sangat kuat dan harus dipertimbangkan dan diperhitungkan ketika sedang lapar. Jangan pernah pegang hewan lain lalu memegang ular; anda bisa dipikir ular sebagai makanannya. Saat ular mencapai ukuran 6 kaki (2 m) adalah bijaksana memberi makan ular dengan cara menaruh hewan yang sudah mati ke dalam kandangnya dan membiarkan ular menemukannya sendiri, karena ini akan menumbuhkan pencarian makanan yang lemah-lembut.

Semakin bertumbuh ular kita, makin lama kita juga harus memberi makan yang semakin besar juga, seperti contohnya kelinci yang besar dan lain-lainnya. Kita perlu mencari dan menemukan tempat membeli makanan untuk ular kita lebih dahulu, karna hal ini sangat bermanfaat dalam memelihara Sanca Kembang, berhubungan dengan anggaran belanja dan jadwal makan ular kita. Hubungi pemelihara ular lainnya atau anggota dari perkumpulan pecinta reptil dimana anda berada untuk membantu menunjukan tempat yang tepat. Memberi makan Sanca Kembang yang besar tidak selalu murah dan pengeluaran ini harus dipertimbangkan sebelum memilih untuk memelihara jenis ini.


  • Aksesori!!!
Satu aksesori kandang yang berguna untuk membuat Sanca Kembang tetap bahagia adalah sebuah tempat persembunyian yang bagus… atau mungkin sepasang tempat persembunyian. Ular ini sensitive, ular yang pintar yang menyadari dan menggunakan tempat persembunyian. Sediakan di dua titik panas dan dingin dari kandang, sehingga ular dapat bersembunyi baik di tempat panas maupun di tempat dingin, dan ular tidak bingung memilih antar suhu dan keamanan. Pot bunga dari tanah liat atau plastic, maupun tempat sembunyi yang dijual di took hewan semuanya dapat digunakan. Untuk Sanca Kembang yang lebih besar, menempelkan kertas yang gelap pada semua bagian kandang adalah cara yang mudah untuk membuat ular kita merasa lebih aman. Apapun asesorinya minumnya the botol sosro…hehehee….. becanda kok mas-mas dan mba-mba, jadi apapun asesorinya pastikan tidak mengganggu keamanan ular kita.




  • Pemeliharaan!!!
Bersihkan kandang ular saat diperlukan, terutama saat buang air baik BAB ataupun BAK, ataupun mangsa yang tidak dimakan, bersihkan secepatnya. Bersihkan dan basmin kuman baik kandangnya maupun tempat minum, untuk tempat minum sebaiknya paling lambat tiap 1 minggu sekali dan saat diperlukan. Tergantung kepada keadaan kandang, keluarkan semua alas dan perlengkapan kandan maupun asesori dan basmi kuman menggunakan larutan pemutih 5% tiap 1 bulan sekali. Cuci semua peralatan hingga bersih dan keringkan sebelum kembali ditaruh ke dalam kandang.


  • Keterangan Dasar Perkembangbiakan!!!

NOTE: sebelum mencoba menternakan ular anda, anda harus tahu dengan pasti jenis kelamin dari ular anda. JANGAN pernah memasukan 2 ekor jantan yang sudah dewasa kedalam kandang yang sama, karna mereka akan berantem dan saling melukai ataupun saling membunuh!

Sanca Kembang mencapai kematangan secara sexual sejak berumur 18 bulang hingga 4 tahun. Ukuran untuk kimpoi sekitar 7-9 kaki (2.5 m – 3 m) untuk jantan dan 11 kaki lebih (sekitar 4 m) untuk betina. Musim kimpoi di tempat pemeliharaan biasanya dari November sampai Maret. Hentikan pemberian makan pada saat ini. Ular harus membentuk dan dalam kondisi yang prima sebelum mencoba untuk kimpoi. Untuk proses kimpoi dapat dirangsang dengan cara menurunkan frekuensi/jangka waktu cahaya menjadi hanya 8-10 jam saja dan menurunkan suhu pada waktu malam menjadi sekitar 75o F (24o C). Kenalkan si betina ke dalam kandang jantan. Membasahi (lembabkan) kedua ular dengan air dapat merangsang ular untuk mau kimpoi. Betina pada umumnya ganti kulit pada hari ke 14+ setelah ovulasi (proses kimpoi); mengeluarkan telur antara hari ke 34 – 49 (rata-rata hari ke 38) setelah ganti kulit karena proses ovulasi (kimpoi). Telur yang dikeluarkan antara 10 – 80 telur. Dengan suhu inkubasi 88 – 90 F (31-32.222 C) (suhu optimal), telur-telur ini menetas sekitar hari ke 88.


  • Note/Komentar!!!
Sanca Kembang adalah rajanya ular pelilit. Ukuran dan kekuatan mereka termasuk yang terbesar di dunia ular, dan kecantikannya tidak ada tandingannya di antara ular-ular raksasa. Sanca Kembang bukanlah jenis ular untuk ‘semua orang’, mereka perlu dedikasih pemelihara dan berpengalaman yang berkembang dan memiliki pengalaman yang diperlukan untuk merawat ular ini dengan tepat. Memperhatikan insting berburu dari Sanca Kembang sangat mengagumkan dimana hanya sedikit jenis lain yang seperti ini. Sebelum memilih ular raksasa kuat ini, terlebih dahulu HARUS memiliki pengalaman menangani ular besar sebelumnya, walaupun yang akan dipilih adalah CB baby yang jinak yang bisa saja memiliki respons makan yang kuat. Sanca Kembang memiliki tantangan yang menakjubkan untuk pemelihara yang berpengalaman yang sudah siap untuk “yang terbesar dari mereka semua”.        

♦♦♦All About Reticulated Python (Ular Sanca Kembang)♦♦♦

  • Apa itu sanca kembang ???
Sanca kembang adalah sejenis ular tak berbisa yang berukuran besar. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter. Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics.

  • Identifikasi!!!

Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada lima spesiesnya: tiga spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P. breitensteini) di Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.
Dua spesies yang lain bertubuh relatif panjang, pejal berotot: P. molurus (sanca bodo) dan P. reticulatus. Kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa. P. molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.
Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk lubang penghidu bahang (heat sensor pits) yang dalam (Tweedie 1983).

  • Biologi dan Penyebaran!!!
Sanca kembang terhitung ular yang terbesar dan terpanjang di dunia. The Guiness Book of World Records tahun 1991 mencatat sanca kembang sepanjang 32 kaki 9.5 inci (sekitar 10 meter) sebagai ular yang terpanjang (Murphy and Henderson 1997). Namun yang umum dijumpai adalah ular-ular yang berukuran 5-8 meter. Sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg (347.6 lbs). Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun.
Ular-ular betina memiliki tubuh yang lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kimpoi pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki, yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki. Dewasa kelamin tercapai pada umur antara 2-4 tahun.
Musim kimpoi berlangsung antara September hingga Maret di Asia. Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kimpoi. Namun demikian, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Shine et al. 1999 mendapatkan bahwa sanca kembang di sekitar Palembang, Sumatera Selatan, bertelur antara September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatera Utara antara bulan April-Mei.
Jantan maupun betina akan berpuasa di musim kimpoi, sehingga ukuran tubuh menjadi hal yang penting di sini. Betina bahkan akan melanjutkan puasa hingga bertelur, dan sangat mungkin juga hingga telur menetas (McCurley 1999).
Sanca kembang bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini ‘dierami’ pada suhu 88-90 ºF (31-32 ºC) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular betina akan melingkari telur-telur ini sambil berkontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Betina akan menjaga telur-telur ini dari pemangsa hingga menetas. Namun hanya sampai itu saja; begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam.
Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara. Mulai dari Kep. Nikobar, Burma hingga ke Indo Cina; ke selatan melewati Semenanjung Malaya hingga ke Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi; dan ke utara hingga Filipina (Murphy and Henderson 1997).
Sanca kembang memiliki tiga subspesies. Selain P.r. reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah P.r. jampeanus yang menyebar terbatas di Tanah Jampea dan P.r. saputrai yang menyebar terbatas di Kep. Selayar. Kedua-duanya di lepas pantai selatan Sulawesi.

  • Ekologi!!!
anca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembab (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa.
Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan. Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and Henderson 1997, Shine et al. 1999). Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi.
Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan nafas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya. Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya.
Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali. Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, namun setelah itu ia normal kembali (Murphy and Henderson 1997).

  • Sanca dan Manusia!!!
Sanca --terutama yang kecil-- kerap dipelihara orang karena relatif jinak dan indah kulitnya. Pertunjukan rakyat, seperti topeng monyet, seringkali membawa seekor sanca kembang yang telah jinak untuk dipamerkan. Sirkus lokal juga terkadang membawa sanca berukuran besar untuk dipamerkan atau disewakan untuk diambil fotonya.
Sanca banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah dan bermutu baik. Lebih dari 500.000 potong kulit sanca kembang diperdagangkan setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatra dan Kalimantan. Semua adalah hasil tangkapan di alam liar.
Jelas perburuan sanca ini sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam. Catatan dari penangkapan ular komersial di Sumatra mendapatkan bahwa sanca kembang yang ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang). Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif (Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular ini belum dilindungi undang-undang. CITES(konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam) memasukkannya ke dalam Apendiks II.

  • Penyebaran!!!
Asia Tenggara, Filipina dan Indonesia. Sanca kembang memiliki penyebaran yang terluas dari semua spesies Python

  • Status di alam liar!!!
Penyebarannya sangat luas tetapi jumlahnya yang berkurang, karena eksploitasi untuk mendapatkan kulit dan dagingnya. Pada tahun 2002 eksport kulit ular ini sebesar 437.500
Kenyataan buruk ini menunjukan secara legal lebih mudah memindahkan ular mati daripada yang hidup.

  • Deskripsi!!!
Sanca Kembang berbentuk langsing untuk ukurannya dan berkembang dengan lingkar tubuh yang berotot yang cendrung tetap membulat dari pada memipih seperti ular pembelit lainnya. Sanca raksasa ini sangat bermacam-macam, dengan motif jaring atau rantai dengan warna dasar perak (abu-abu) atau perak coklat. Motif punggungnya adalah ciri khas warna dasar dari ular ini dan bergaris tepi warna hitam dan kuning, oranye atau coklat. Bintik-bintik di samping badannya berwarna terang. Seluruh tubuhnya memantulkan warna “hologram” (seperti pelangi).

Sanca Kembang yang baru ditangkap dari alam liar cenderung (wild-caught – RED) menjadi binatang yang sangat gugup (ketakutan) dan bertahan yang akan mengigit untuk berusaha lepas dari pegangan kita dan kabur. Tetapi hasil ternakan (captive-breed – RED) biasanya tenang dan bahkan jinak, hewan yang pintar yang senang berinteraksi bila si pemelihara membuatnya begitu. Jenis ini adalah pilihan yang bagus yang bisa memberikan perbedaan yang sangat besar dalam pengalaman memelihara ular.

  • Ukuran!!!

Ular yang baru menetas kurang lebih mempunyai panjang 24inci. Ukuran dewasa (sudah dapat kimpoi) Betina sekitar 17kaki lebih, jantan 12 kaki – 14 kaki. Ukuran yang pernah tercatat sekitar 33 kaki (11meter) dan berat 300 pon (150 kg) lebih.

  • Umur Hidup!!!
Sanca Kembang dapat hidup 30 tahun atau lebih di dalam kurungan.

  • Mutasi Warna!!!
Warna dan motifnya meliputi T- albino, T+ albino, Tiger, Super Tiger, Albino Tiger, dll.
        

Mengenal Retic Albino

    Siapapun akan terpesona dengan kecantikan ular yang satu ini, Albino Reticulated Python. Namun tahukah kamu bahwa albino retic itu ada beberapa type? Kali ini kita akan membahas khusus mengenai albino retic. Albino secara singkat merupakan mutasi genetik yang mengakibatkan hilangnya warna hitam (melanin) pada kulit ular. Hal ini mengakibatkan warna ular menjadi sangat cerah dan cantik. Mutasi gen albino sendiri bersifat resesif yang artinya hanya dapat diturunkan langsung kepada anaknya jika kawin dnegan sesama albino.

1. Albino Type Satu (Clark Strain)
Seperti namanya albino ini pertama kali dibuktikan sebagai proven morph oleh Bob Clark, salah satu breeder terkemuka di jagat bumi saat ini pada tahun 2000. Albino type satu sangat unik karena bersifat polymorphic yang artinya keturunannya punya warna yang berbeda-beda. Dalam satu clutch anakan akan ditemukan tiga warna yakni putih (white phase), lavender phase, dan purple phase.
White Phase @Jay PP
Lavender @Jay PP

Purple Phase Albino @Jay PP


Asal muasal retic Albino ini berasal dari Mr Wong yang dibeli oleh Bob. Kemudian Bob melakukan pemuliaan dan pada akhirnya retic albino dapat dikembangkan dan menyebar ke seluruh dunia.
F0 @999Lucy (Reptilx)



2. Albino Type Dua (Kahl Strain)
Tipe tiga ini juga dikenal dengan nama amelanistic atau disingkat amel. Albino amel adalah tipe albino sejati karena benar-benar memiliki warna putih yang bersih dan memiliki mata merah. Kebanyakan orang sulit membedakan albino amel dengan albino white phase. Namun kalau ternyata teliti albino amel memiliki kepala berwarna putih dan mata full merah. Albino ini terbukti proven morph oleh kahl baldogo pada 2003.
Albino Amel @Bob Clark



3. Albino Type Tiga (Caramel)
Dikenal dengan warnanya yang seperti caramel. Caramel = menambah pigment hitam pada albino yg disebut T +. Semua warna hitam diganti dengan warna ungu. Semua pigmen gelap lainnya tidak ada. Warna yang muncul adalah keemasan, kuning pucat dan ungu.
Caramel @Bob Clark

Sebagai Informasi tambahan apabila retic albino beda tipe dikawinkan maka tidaka akan menghasilkan albino. Hasilnya adalah anakan normal yang membawa het (dobel) albino.

Kamis, 02 Juni 2011

GIGITAN ULAR & SABU (Serum Anti Bisa Ular)

Quantcast


  • PENDAHULUAN

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa.
Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia. Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut terdapat saluran bisa untuk menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya secara subkutan atau intramuskular.
  • Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.
Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi. Ular berbisa kebanyakan termasuk dalam famili Colubridae, tetapi pada umumnya bisa yang dihasilkannya bersifat lemah. Contoh ular yang termasuk famili ini adalah ular sapi (Zaocys carinatus), ular tali (Dendrelaphis pictus), ular tikus atau ular jali (Ptyas korros), dan ular serasah (Sibynophis geminatus).
Ular berbisa kuat yang terdapat di Indonesia biasanya masuk dalam famili Elapidae, Hydropiidae, atau Viperidae. Elapidae memiliki taring pendek dan tegak permanen. Beberapa contoh anggota famili ini adalah ular cabai (Maticora intestinalis), ular weling (Bungarus candidus), ular sendok (Naja sumatrana), dan ular king kobra (Ophiophagus hannah).
Viperidae memiliki taring panjang yang secara normal dapat dilipat ke bagian rahang atas, tetapi dapat ditegakkan bila sedang menyerang mangsanya. Ada dua subfamili pada Viperidae, yaitu Viperinae dan Crotalinae. Crotalinae memiliki organ untuk mendeteksi mangsa berdarah panas (pit organ), yang terletak di antara lubang hidung dan mata. Beberapa contoh Viperidae adalah ular bandotan (Vipera russelli), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), dan ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris).

  • Bagaimanakah Gigitan Ular Dapat Terjadi?
Korban gigitan ular terutama adalah petani, pekerja perkebunan, nelayan, pawang ular, pemburu, dan penangkap ular. Kebanyakan gigitan ular terjadi ketika orang tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai sandal dan menginjak ular secara tidak sengaja. Gigitan ular juga dapat terjadi pada penghuni rumah, ketika ular memasuki rumah untuk mencari mangsa berupa ular lain, cicak, katak, atau tikus.

  • Bagaimana Mengenali Ular Berbisa?
Tidak ada cara sederhana untuk mengidentifikasi ular berbisa. Beberapa spesies ular tidak berbisa dapat tampak menyerupai ular berbisa. Namun, beberapa ular berbisa dapat dikenali melalui ukuran, bentuk, warna, kebiasaan dan suara yang dikeluarkan saat merasa terancam. Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.
Ciri-ciri ular berbisa:
1. Bentuk kepala segiempat panjang
2. Gigi taring kecil
3. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
Ciri-ciri ular tidak berbisa:
1. Bentuk kepala segitiga
2. Dua gigi taring besar di rahang atas
3. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring

Gambar 1. Bekas gigitanan ular. (A) Ular tidak berbisa tanpa bekas taring, (B) Ular berbisa dengan bekas taring


  • Sifat Bisa, Gejala, dan Tanda Gigitan Ular
Berdasarkan sifatnya pada tubuh mangsa, bisa ular dapat dibedakan menjadi bisa hemotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi jantung dan sistem pembuluh darah; bisa neurotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi sistem saraf dan otak; dan bisa sitotoksik, yaitu bisa yang hanya bekerja pada lokasi gigitan.
Tidak semua ular berbisa pada waktu menggigit menginjeksikan bisa pada korbannya. Orang yang digigit ular, meskipun tidak ada bisa yang diinjeksikan ke tubuhnya dapat menjadi panik, nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi kaku, dan kepala menjadi pening. Gejala dan tanda-tanda gigitan ular akan bervariasi sesuai spesies ular yang menggigit dan banyaknya bisa yang diinjeksikan pada korban. Gejala dan tanda-tanda tersebut antara lain adalah tanda gigitan taring (fang marks), nyeri lokal, pendarahan lokal, memar, pembengkakan kelenjar getah bening, radang, melepuh, infeksi lokal, dan nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae).

  • GEJALA KLINIS :
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular.
Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah, berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan kabur
Gigitan Elapidae
(misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits)
1. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.
2. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.
3. Setelah digigit ular
a. 15 menit: muncul gejala sistemik.
b. 10 jam: paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut.
Kematian dapat terjadi dalam 24 jam.
  • Gigitan Viperidae/Crotalidae
(ular: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo):
1. Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan.
2. Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau setelah beberapa jam.
3. Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.
  • Gigitan Hydropiidae
(misalnya: ular laut):
1. Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.
2. Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.
  • Gigitan Rattlesnake dan Crotalidae
(misalnya: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo)
1. Gejala lokal: ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin.
2. Anemia, hipotensi, trombositopeni.
Rasa nyeri pada gigitan ular mungkin ditimbulkan dari amin biogenik, seperti histamin dan 5-hidroksitriptamin, yang ditemukan pada Viperidae.
Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi edem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan).

  • Penatalaksanaan Keracunan Akibat Gigitan Ular
Langkah-langkah yang harus diikuti pada penatalaksanaan gigitan ular adalah:
1. Pertolongan pertama, harus dilaksanakan secepatnya setelah terjadi gigitan ular
sebelum korban dibawa ke rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan oleh korban sendiri atau orang lain yang ada di tempat kejadian. Tujuan pertolongan pertama adalah untuk menghambat penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan menghindari komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang membahayakan. Kemudian segera bawa korban ke tempat perawatan medis.
Metode pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan korban yang cemas; imobilisasi (membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit dengan cara mengikat atau menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena pergerakan atau kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran darah dan getah bening; pertimbangkan pressure-immobilisation pada gigitan Elapidae; hindari gangguan terhadap luka gigitan karena dapat meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan lokal.
2. Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya, dengan cara yang aman dan senyaman mungkin. Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah peningkatan penyerapan bisa.
3. Pengobatan gigitan ular Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular. Metode penggunaan torniket (diikat dengan keras sehingga menghambat peredaran darah), insisi (pengirisan dengan alat tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan daerah yang digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus dihindari karena tidak terbukti manfaatnya.
4. Terapi yang dianjurkan meliputi:
a. Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.

Gambar 2. Imobilisasi bagian tubuh menggunakan perban.
b. Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu. Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.
c. Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock, shock perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.
d. Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan toksoid maka diberikan satu dosis toksoid tetanus.
e. Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.
f. Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik.
g. Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas protein, maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di Indonesia, antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap beberapa bisa ular. Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang luas.
  • Cara pemberian SABU :

Penatalaksanaan Sebelum dibawa ke rumah sakit:
1. Diistirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan
2. Bila belum tersedia antibisa, ikatlah 2 ujung yang terkena gigitan. Tindakan ini kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit paskagigitan.
Setelah dibawa ke rumah sakit:
Beri SABU (Serum Anti Bisa Ular) polivalen 1 ml berisi:
1. 10-50 LD50 bisa Ankystrodon
2. 25-50 LD50 bisa Bungarus
3. 25-50 LD50 bisa Naya sputarix
4. Fenol 0,25% v/v.
Teknik Pemberian:
2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40-80 tetes per menit. Maksimal 100 ml (20 vial)

Sabtu, 28 Mei 2011

PERAWATAN BALL PYTHON

Ball Python ( Python regius )


  • Nama : Ball Python or Royal Python
  • Latin name: Python regius
  • Asal : Afrika tengah dan Bagian Barat Afrika
  • Ukuran : Seekor Ball Python Dewasa panjangnya bisa mencapai 3 feet s/d 5 feet
  • Umur Hidup : Ball pythons adalah ular yang paling panjang masa hidupnya, bisa mencapai usia hidup sampai dengan 20 – 30 tahun, Seperti yang ada di kebun binatang Philadelpia mencapai umurnya saat ini adalah 47 Tahun.
  • Penampilan Umum: Sesuai namanya yang suka sekali menggulung badan membentuk bola dengan menaruh kepalanya ditengah sebagai bentuk suatu pertahanan. Ada banyak motif dan corak yang tersedia pada saat ini. Sedangkan untuk standard ball phyton mempunyai warna coklat dengan warna sedikit terang, dipengaruhi titik hitam, warna bagian perut biasanya berwarna putih atau abu abu sedikit terang.
  • Tempat Pemeliharaan: ukuran kandang minimum adalah 36cm X 60cm atau sekitar 30 gallon aquariums
  • Suhu: 80-85 F Siang Hari , 90 – 95 F untuk berjemur, 75 -80 F Pada malam hari.
  • Pencahayaan : pemberian cahaya tidak diperlukan, hanya saja bila diperlukan gunakan lampu model neon yang panasnya tidak seberapa bila dibanding dengan lampu pijar.
  • Alas : Koran, adalah yang paling mudah walaupun kurang begitu bagus,sisa serutan kayu juga bisa digunakan sebagai alas, tetapi jangan mengunakan yang dari bahan Pine atau Cedar karena dapat mengganggu kesehatan ular. Pilihan yang paling bagus adalah serutan kayu ASPEN. Apabila menggunakan serutan kayu dianjurkan untuk tidak memberikan makan di taruh diatas alas karena bisa tertelan ular pada waktu makan..
  • Pakan : BabyBall python diberi makan tikus mencit atau cindil 1 kali seminggu, ball Python Dewasa 2 atau 3 ekor seminggu tikus dewasa. Sebelum memberikan makan harap diperhatikan dulu tikus sudah dimatikan terlebih dahulu untuk menghindari terlukanya ular. Sediakan Air didalam kandang guna untuk memudahkan pergantian kulit dan tempat berendam bagi ular.

PENANGANAN PETUKAN ULAR BERBISA



1. Penangan yang salah (cara lama)
           
             2. Cara pembalutan yang betul
           

          

          

        
        
               

BISA ULAR & KEPALA ULAR BERBISA

BISA ULAR
1. Berbentuk cairan "Kuning".
2. Campuran dari beberapa protein "Racun"
3. Diproduksi dikelenjar racun / Venom Gland

KEPALA ULAR


10 ULAR PALING MEMATIKAN DI DUNIA



  • 10. Multibanded krait ( Bungarus Multicinctus )
    Populasinya sudah mulai langka. Di temukan di Cina.
  • 9. Yellow-Jawed Tommygoff ( Bothrops Asper )
  • Jenis ini sangat cepat berkembang biak dan mempunyai banyak anak, dapat ditemukan di Meksiko dan Amerika Selatan.

  • 8. Black Mamba ( Dendroaspis Polylepis )
    Ular paling menakutkan di Afrika, panjang dapat mencapai 4,3 meter
  • 7. Russell’s Viper ( Vipera Russellii )
    Di temukan di Srilanka, Cina Selatan, India, Malaysia dan Indonesia.
  • 6. King Cobra ( Ophiophagus Hannah )
    Bisa nya sangat mematikan dan ukurannya bisa mencapai 5,5 meter. Di temukan di Thailand, Cina Selatan, Malaysia , India Selatan dan Filifina.
  • 5. Philippine Cobra ( Naja Naja Philippinensis )
    Di temukan di Filipina.
  • 4. Krait ( Bungarus Caeruleus )
    Bisa 15 kali lebih mematikan dari Kobra. Di temukan di India, Sri Lanka dan Pakistan.
  • 3. Taipan Snake Family
    jenis paling mematikan yang hidup di darat. Beberapa milligrams (mg) bisa nya sanggup membunuh 100 orang lebih, 250.000 tikus. Di temukan di Australia Barat.
  • 2. Belcher’s Sea Snake ( Hydrophis Belcheri )
    1 milligrams (mg) bisa dari Belcheri’s cukup untuk membunuh lebih dari 1000 orang dalam waktu 15 s/d 35 menit saja.
  • 1. Hydrophis Belcheri – Most Venomous Snake
    racunnya paling mematikan dari semua jenis ular, 100 kali lebih mematikan dari Taipan.